Our Blog

Indonesia Kembangkan Teknologi Nuklir

31/08/2006

Oleh: Ferhat Aziz, Kepala Biro Kerjasama, Hukum dan Hubungan Masyarakat BATAN
Sumber: Republika OL 26 Agustus 2006

Sehubungan dengan pemuatan artikel berjudul, 'Nasib PLTN Usai Banjir Lumpur' yang ditulis Prof Rahardi Ramelan pada harian Republika Sabtu 18 Agustus 2006 kami ingin menyampaikan hak koreksi. Pertama, Prof Rahardi Ramelan mempertanyakan apa yang akan terjadi kalau musibah (yang serupa dengan banjir lumpur) ini disebabkan keteledoran pada PLTN. Kami bisa mengerti kekhawatiran semacam ini dapat muncul di tengah masyarakat.

Kami yakin Prof Rahardi Ramelan mengetahui bahwa industri nuklir sangat berbeda dengan industri non-nuklir. Industri PLTN adalah industri yang sangat regulated. Tidak ada industri di dunia ini yang memiliki aturan yang sangat baku, lengkap, dan mengikat, mulai dari perencanaan, persiapan, amdal, pemrosesan izin, konstruksi, hingga penutupan, seperti pada industri nuklir.

Sebagai negara yang telah menandatangani traktat nonproliferasi nuklir (NPT) dan protokol tambahan, kesiapan dan kegiatan Indonesia dalam menyongsong PLTN terus dipantau dan dibantu oleh IAEA. Dengan adanya peraturan dan pengawasan yang ketat akan meminimalisasi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Kalaupun kecelakaan itu terjadi juga, semua negara yang mempunyai kegiatan nuklir, termasuk Indonesia, sudah memiliki langkah preventif dan mitigatif.

Kita akan diwajibkan menerapkan kesiapsiagaan nuklir yang berisi contingency plan dan selalu disimulasikan secara periodik dan dijadikan syarat turunnya perizinan. Dalam perundangan kita (juga hukum nuklir internasional), diterapkan prinsip absolute liability. Apabila terjadi kecelakaan, maka kerugian rakyat akan langsung dibayar dengan pembuktian terbalik. Ini hanya ada dalam industri nuklir.

Lebih dari itu, upaya untuk memperbaiki keselamatan nuklir tidak hanya sebatas pembuatan regulasi tetapi juga dengan perbaikan secara fisik melalui pemanfaatan teknologi canggih. Teknologi nuklir sekarang ini sudah semakin berkembang dan maju 20 tahun pasca kecelakaan Chernobyl. Reaktor jenis Chernobyl sendiri (RBMK) dewasa ini sudah di-upgrade semua dengan bantuan IAEA. Prosedur keselamatannya diperbaiki dan disesuaikan dengan kaidah keselamatan nuklir yang dapat diterima secara internasional.

Sebenarnya desain reaktor PLTN generasi awal di Barat saat ini masih banyak yang beroperasi dengan aman dan selamat. Namun begitu, para vendor sekarang sudah semakin maju dalam mengantisipasi PLTN inovatif masa depan. Sebagian desain terbaru PLTN yang disebut Generasi IV bahkan menerapkan sistem yang dapat menjamin terperangkapnya radioaktivitas di dalam teras sehingga meminimalisir kebocoran radiasi bila terjadi kecelakaan.

Kedua informasi tentang manfaat dan mudarat nuklir tidak saja disampaikan ke kalangan eksekutif dan legislatif, tapi juga kepada masyarakat luas. Di samping aktif melaksanakan penyampaian informasi dan edukasi ke berbagai kalangan, BATAN juga membuka fasilitas peragaan sains dan tekologi nuklir (Perasten) di Pasar Jumat, Jakarta Selatan yang dapat dikunjungi oleh masyarakat. Informasi tentang nuklir juga disampaikan melalui media massa. Masyarakat bisa mengakses informasi tentang nuklir pada www.batan.go.id. Di samping itu, secara internal, BATAN senantiasa meningkatkan kemampuan SDM-nya.

Budaya kurang baik sebagian anggota masyarakat kita tidak ada hubungannya dengan budaya nuklir. Budaya adalah hal yang dapat diubah dengan manajemen yang baik. Kita ambil contoh bahwa nilai kelulusan ujian akhir siswa kita yang relatif rendah tidak menafikan Indonesia dari memenangkan medali emas dalam olimpiade fisika, matematika, kimia, astronomi dan lain-lain di kancah internasional.
Mulai berubah
Ketiga, bahwa PLTN di Jerman akan ditutup secara bertahap seharusnya dipahami sebagai keinginan masyarakatnya menggunakan sumber energi yang lain di tengah-tengah kekhawatiran terjadinya kecelakaan. Tapi, untuk mewujudkan keinginan itu ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Sumber energi yang ada (surya dan bayu) belum mencapai skala ekonomis. Sementara sumber energi nuklir telah dirasakan benar-benar ramah lingkungan.



Di Swedia, usai referandum 1980, pendapat masyarakat banyak berubah. Dalam sebuah poling yang diadakan melalui wawancara pada 7-13 Juni 2006 diketahui bahwa 85 persen penduduk menginginkan tetap menggunakan energi nuklir. Bahkan, 10 PLTN di Swedia dan menyumbang 50 persen listriknya telah diizinkan untuk beroperasi hingga lebih dari tahun 2010, yaitu hingga usia 40 tahun. Kalau penutupan seluruh PLTN di Swedia itu dilakukan, maka mereka terpaksa memenuhi kebutuhan listriknya lewat impor yang lebih mahal, misalnya dari Jerman atau Prancis yang 80 persen listriknya berasal dari nuklir.

Kita hendaknya tidak melupakan mayoritas negara lain yang tetap berkeinginan meningkatkan penggunaan nuklir untuk memenuhi kebutuhan listriknya, seperti Prancis, Jepang, Korea Selatan, India, dan Cina. Dalam 15 tahun ke depan Cina akan membangun 30 PLTN. PLTN di Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jerman memang sempat mengalami tekanan, tapi sekarang situasinya mulai berubah. Pemerintah AS belum lama ini membuat regulasi yang memberikan insentif bagi pembangunan PLTN baru.

Wacana serupa mulai hangat dibicarakan di Inggris, Jerman, dan Swedia. Australia juga sudah mulai membahas kemungkinan penggunaan PLTN di negaranya. Hal itu didorong oleh dua faktor, yakni kebutuhan akan energi yang semakin meningkat akibat pertumbuhan ekonomi global, serta dampak pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil. Memang ada beberapa PLTN di Jerman, AS, dan Inggris yang akan ditutup, tapi itu karena PLTN itu telah menyelesaikan masa baktinya.

Keempat, usulan pembangunan PLTN di Jawa bukanlah untuk memanjakan investasi, tapi untuk memacu pertumbuhan di luar Jawa-Madura-Bali. Dengan adanya PLTN di Jawa, sumber daya energi yang umumnya berada di luar Jawa, dapat dioptimalkan untuk membangkitkan listrik di daerah setempat dengan biaya yang lebih murah, karena berkurangnya biaya transportasi.

P-SOLAM Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Theme images by richcano. Powered by Blogger.