Our Blog

Menggappai Nobel

Mimpi Nobel dari Pinggir Toba


August Parengkuan

Pandjaitan senior semula tak setuju putranya, Luhut, masuk tentara, walaupun kemudian bisa menerimanya. Namun, Luhut Binsar Pandjaitan selalu teringat akan pesan sang ayah agar memberi perhatian pada bidang pendidikan.

Maka, sejak tahun 2000, sang putra mendirikan sekolah Politeknik Informasi (PI) Del di tepian Danau Toba, yang indah, yang akan dikembangkannya menjadi Pusat Penelitian Bioteknologi.

Sekolah itu dibangun di suatu desa kecil, Sitoluama, Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, persis di tepian Danau Toba. Desa yang yang berjarak lebih 200 km dari Medan atau 10 km dari Balige, berpenduduk 200.000 jiwa dengan pendapatan per kapita Rp 1.000.000.

Ketika sekolah ini dibangun, bukan hanya masyarakat Sumatera Utara yang beruntung dengan adanya fasilitas pendidikan yang punya jaringan sampai ke AS, Eropa, India, dan Singapura, tetapi penduduk desa itu juga terbantu dalam pengembangan ekonomi desa.

Sang pendiri pendidikan politeknik informatika ini, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan (58), sengaja memilih tempat yang terpencil ini agar proses pendidikan bisa berlangsung baik tanpa dipengaruhi hal-hal negatif bila berada di kota besar. Walau terpencil, tapi mempunyai akses informasi dan jaringan komunikasi ke seantero dunia melalui internet dan TV satelit

Karena itu, tidak mengherankan bila dalam waktu empat tahun, PI Del mendapat respons positif dari berbagai lembaga pendidikan di luar negeri. Rektor Universiteit Groningen, Belanda, berkunjung ke Sitoluama.

Begitu pula ahli-ahli politeknik informasi dari India, AS, Singapura, dan Australia, yang akan bekerja sama dengan lembaga Del ini. Bahkan banyak cendekiawan dari luar negeri mengajukan permohonan kepada Direktur PI Del untuk menerimanya bila mereka melaksanakan sabbatical leave.

Di mana pun kita berada di lingkungan kampus ini, mulai dari perumahan dosen, wisma tamu, auditorium, lobi sampai di ampi teater di pinggiran Danau Toba akan dapat memanfaatkan jaringan LAN (Local Area Network) dengan backbone fiber optic. Selain itu, untuk mendukung jaringan nirkabel dengan menggunakan gelombang radio sehingga memungkinkan terkoneksi ke jaringan dan internet tanpa kabel.

Arsitek ITB

Pembangunan fisik kampus dimulai tahun 2000 oleh arsitek dari ITB. Sementara DR Inggriani Liem juga juga dari ITB merancang kurikulum PI Del dan Ir Harsono, ahli komputer ITB, yang membangun dan mendesain jaringan komputer di kampus.

Pendidikan mulai berlangsung tahun 2001. Bahkan pada saat ini kurikulum yang didesain ahli dari ITB Bandung, diintegrasikan pula dengan kurikulum National Institute & Information Technology (NIIT) India, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan terkemuka di dunia.

Calon mahasiswa harus melalui seleksi yang ketat untuk dapat diterima di Del. Soal ujian dibuat dan diperiksa oleh ITB sesuai dengan kualitas ITB. Faktor disiplin dan kepemimpinan yang berkualitas serta mampu memberikan solusi di bidang TI (teknologi informasi) menjadi tuntutan tinggi hingga untuk psikotes dimintakan jasa Lembaga Psikologi TNI AD.

Apalagi Direktur PI Del Prof Ir Saswinadi Sasmojo MSc PhD terkenal tak berkompromi bila menyangkut pelanggaran disiplin. Ia memecat seorang mahasiswa karena pelanggaran disiplin walaupun nilai akademiknya tinggi. Bahkan ada dua mahasiswa yang ditunda wisudanya.

”Pernah suatu malam saya melihat di ruangan tidur tak ada satu siswa. Ternyata dia di luar kampus untuk menonton bola di TV saat sudah waktu tidur. Terpaksa harus diambil tindakan,” ucap Saswinadi Sasmojo.

Bagaimana Prof Saswinadi Sasmoyo dari ITB yang anggota Akademi Ilmu Pengetahuan bisa bergabung dengan PI Del? ”Saya tertarik setelah Pak Luhut mempresentasikan ide-idenya untuk membangun Del. Dia serius untuk membangun desa, dan itu cocok dengan cita-cita pribadi saya untuk membangun negeri kita,” ucap Saswinadi Sasmoyo bersemangat, yang lalu menjadi Direktur PI Del sejak tahun 2003.

Del berasal dari bahasa Ibrani yang berarti selangkah lebih maju. Dubes Inggris untuk Indonesia, Charles Humfrey, yang melihat langsung ketatnya disiplin di kampus itu ketika hadir pada upacara wisuda PI Del dua pekan lalu, menyampaikan pendapatnya bahwa DEL dapat dianggap sebagai singkatan dari dicipline atau dedication yang menunjukkan komitmen dan dedikasi, excellent, melakukan suatu pekerjaan sampai tuntas dan korek, serta leadership, punya kepemimpinan.

Setiap tahun diterima seratus mahasiswa baru. Pada akhir tahun ini mulai dibuka program S1. Sebagian besar tenaga pengajar berasal dari ITB dan ada juga dari STT Telkom, Delhi University, dan Merrur University of India.

Para lulusan yang berjumlah 300 orang sejak tahun 2001, hampir 90 persen langsung diterima bekerja diarahkan untuk mendapat sertifikat dari industri software internasional, seperti Microsoft, Cisco, dan Oracle. Sembilan orang lulusan terbaik, masing-masing tiga orang untuk setiap bidang studi memperoleh medali emas, perak, dan perunggu.

Umumnya mereka mempunyai indeks prestasi yang mendekati angka 4. Sedang yang kepemimpinannya menonjol menerima hadiah tambahan berupa piala bergilir yang didesain oleh perupa terkenal Dolorosa Sinaga. Sementara ini mahasiswanya berasal dari SMA Sumatera Utara, tapi selalu terbuka dari mana saja asal lulus ujian saringan masuk.

Asrama

PI Del dilengkapi asrama untuk putra dan putri, setiap kamar dihuni empat orang. Asrama dikondisikan hanya untuk tempat istirahat. Kegiatan belajar mengajar harus di kelas, laboratorium, perpustakaan. Rekreasi selain olahraga, ada kegiatan kesenian, seperti musik

”Selain pesan almarhum ayah agar saya memberi perhatian pada bidang pendidikan, saya merasa wajib mendirikan lembaga pendidikan ini sebab Tuhan sudah begitu baik kepada saya dalam hidup ini. Almarhum ayah saya adalah anggota TNI berpangkat letnan. Ketika ada rasionalisasi di TNI awal tahun 1950-an dia memilih berhenti. Lalu menjadi sopir bus selama satu tahun, kemudian bekerja di Caltex. Sambil bekerja di perusahaan minyak itu ayah saya masuk sekolah (SMA) ekstranei. (Sekolah ekstranei biasanya malam hari setelah para pegawai pulang kerja).

Lulus dari sekolah itu, ayah mencari jalan untuk studi lanjutan dan diterima di Cornell University, mengambil studi. Mungkin dia adalah orang Indonesia pertama yang studi di Cornell pada tahun 1950-an itu. Sejak menjadi perwira muda saya bercita-cita mendirikan suatu lembaga pendidikan. Ayah sesungguhnya tidak setuju saya jadi militer walau akhirnya dia bisa menerimanya. Namun, dia berpesan kepada saya, dalam hidup ini yang terpenting perlu diberi perhatian pada bidang pendidikan,” ungkap Luhut.

Ditambahkan, ”Ketika saya banyak mengunjungi berbagai daerah di Tanah Air baik sebagai militer aktif maupun sebagai menteri (Menperindag April 2000-Juli 2001) saya melihat bagaimana perlunya ditingkatkan SDM kita. Tapi saya juga selalu berpikir, dari mana biayanya? Untung saya punya banyak teman yang mendukung ide saya ditambah dari modal usaha bisnis yang saya jalankan sesudah pensiun dari tentara,” ucap Luhut Pandjaitan, yang dalam karier militernya adalah perwira dari Korps Baret Merah, bahkan pernah menjadi komandan Kesatuan Antiteror Detasemen 81 Komando Pasukan Sandhi Yudha (sekarang Kopassus) selama 4 tahun dari tahun 1983 hingga 1987.

”Untuk perguruan ini saya pakai moto ’Martuhan, Marroha, Marbisuki (Bertuhan, Berhati Nurani, Bijaksana)’. Saya mimpi Del suatu ketika akan menghasilkan Hadiah Nobel,” sambung Luhut Pandjaitan yang pernah menjabat Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI AD (1997-1998) dan memperoleh gelar Master of Public Administration dari George Washington University, AS (1991).

Ketika menjadi Dubes RI untuk Singapura (Juli 1999-April 2000) ia sempat berhubungan dengan Singapore Polytechnic yang kini juga membantu Del. Kampus yang sekarang mempunyai lahan seluas 7 hektar diharapkan akan makin diperluas agar bisa menampung 1.000 mahasiswa, dan tahun 2009 ia mengharapkan bisa mendirikan Pusat Penelitian Bioteknologi.

”Selain banyak teman membantu, saya juga bersyukur istri saya sangat mendukung dan aktif ikut membantu dalam pembangunan dan kegiatan Del,” komentar Luhut mengenai istrinya, Dra Devi Simatupang. ”Mudah-mudahan semua ini tercapai sebelum saya menutup mata untuk selama-lamanya,” ucap ayah empat orang anak itu.

P-SOLAM Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Theme images by richcano. Powered by Blogger.