Belakangan ini konsep megapolitan diangkat dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul di Jakarta. Banyak orang berpendapat bahwa konsep ini dalam mengatasi beberapa masalah sosial, kemacetan dan lain sebagainya akibat posisi Jakarta sebagai ibukota yang semakin sesak.
Namun, terlepas dari golnya rencana ini atau tidak, konsep megapolitan sebenarnya sangat sesuai juga diambil untuk daerah-daerah lain selain Jakarta.
Di Sumatera Utara misalnya, konsep Megapolitan sangat pas dilakukan untuk mengatasi keterbatasan Medan, sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pesatnya pembangunan dan menyempitnya lahan merupakan masalah tradisional yang sangat sulit pemecahannya. Lihat misalnnya Bandara POlonia yang sangat sempit itu, telah banyak memakan korban jiwa dari rakyat jelata sampai para pejabat.
Konsep Megapolitan akan memudahkan Medan berkoordinasi dengan kota-kota satelit disekitarnya sehingga potensi Medan sebagai kota industri dan jasa dapat dimaksimalkan. Kota-kota lain yang patut bergabung dengan Medan dalam Konsep Megapolitan ini adalah Binjai sebagai daerah industri alternatif seperti halnya Depok, Deli Serdang dan Serdang Bedagai sebagai satelit Medan yang menyediakan infrastruktur jasa seperti pelabuhan udara yang modern, Kota Tebing Tinggi dan Berastai yang kira-kira mirip seperti puncaknya Jakarta.
Kota-kota tersebut dapat beraliansi untuk memajukan Sumatera Utara dengan membuat koordinasi yang jelas sehingga investor dan masyarakat dapat denganb mudah memutar roda perekonomian.
Daerah lain di Sumatera Utara yang sangat cocok memakai sistem megapolitan adalah Sibolga dengan kabupaten-kabupaten di sekitarnya, Padang Sidempuan dan kabupaten-kabupaten di Sekitarnnya, Siantar dan kabupaten-kabupaten di sekitarnnya Dan yang terakhir Tanjung Balai dengan kabupaten-kabupaten di Sekitarnnya.
Menggagas konsep megapolitan di beberapa kota strategis tersebut adalah merupakan jalan keluar yang sangat logis tidak saja mengatasi masalah-masalah dan tantangan-tantangan yang berbau ekonomi dapi juga yang berbau sosial.
Belakangan ini, kemiskinan dan keterbelakangan Sumatera Utara telah berhasil dimanipulasi dan dipolitisasi para elit pengejar kekuasaan untuk akal-akalan membuat provinsi baru. Ide ini dianggap sangat tidak kreatif karena diduga sangat kental dengan permaina sentimen kedaerahan maupun etnik.
Dengan konsep Megapolitas, beberapa masalah tersebut dapat di atasi tanpa mengabaikan kebutuhan rakyat atas kemajuan daerah dan wilayahnya masing-masing
Popular Posts
-
Permulaan Generasi Pertama Manusia Tersebutlah dalam kitab-kitab suci bangsa Timur Tengah bahwa Adam, yang dianggap sebagai manusia per...
-
ilustrasi Semangat untuk semakin meningkatkan partisipasi dalam pembangunan ekonomi tumbuh usai pendirian Koperasi Syariah 212 alias ...
-
Koperasi Syariah 212 yang baru dibentuk hari ini, Jumat (6/1) diyakini menjadi awal kebangkitan ekonomi umat. Sistem yang dikembangkan d...
-
Amerika Serikat saat ini sedang gencar menuduh dan menginvestigasi kecurangan yang terjadi dalam pilpres AS 2016. Kecurangan yang pal...
-
AS saat ini sedang menuduh Rusia mengintervensi pemilihan presiden 2016 baru-baru ini. Seorang pengamar Dr. Ron Paul dari Institute of ...
-
Pemerintah dan para penembak misterius dilaporkan telah menewaskan lebih dari 6.000 orang yang terlibat narkoba di Filipina. ( baca ) ...
-
Indonesia to open investment opportunities in twelve small and outer islands across and its welcomed by bonafide investors. However, it ...
-
Mengamalkan Agama Melalui Dalihan Natolu Oleh: Lamhot Simarmata Merupakan bagian dari skripsinya di IAIN Sumatera Utara, Fakultas Da...
-
Si Raja Batak mempunyai dua anak yang diketahui silsilahnya sampai sekarang. Pertama Guru Tatea Bulan dan yang kedua adalah Raja Isumbaon...
-
Legenda Simardan Perlu Dilestarikan Guna pengembangan objek wisata, sudah waktunya Pemko Tanjungbalai melakukan pelestarian budaya den...