Our Blog

Dianiaya Oknum Kasek


06 Mei 07 15:04 WIB
Siswa SMAN 1 P. Brandan Mengaku Dianiaya Oknum Kasek

P. Brandan, WASPADA Online
Aksi kekerasan terjadi di salah satu sekolah di Kab. Langkat. Seorang pelajar kelas II jurusan IPA SMAN 1 P. Brandan mengaku dianiaya oknum kepala sekolah (Kasek), disaksikan para guru dan siswa kelas I.

Korban Edrin Efly, 17, ditemui Waspada di rumahnya Jalan Piturah, Ke. Alur Dua, Kec. Sei Lepan, baru-baru ini menuturkan, motif pemukalan yang dilakukan oknum Kasek berawal dari tuduhan tentang pencoretan dinding ruang pondopo. Siswa itu mengaku sempat menerima tendangan dan tamparan dengan tuduhan mencoret dinding. Menurut korban, ketika sedang mengikuti proses belajar mengajar, pagi itu dia dipanggil seorang murid untuk menghadap Kasek. Korban pun bergegas memenuhi panggilan itu. Tanpa tahu duduk persoalan, kata Edrin, dia dituduh Kasek melakukan pencoretan dinding.

Tuduhan itu disangkalnya karena dia merasa tidak berbuat. Ternyata sangkalan Edrin membuat Kasek berang. "Saya langsung ditampar, ditendang dan bagian tengkuk sebelah kiri dipukul. Karena dia guru, saya tidak tega membalas. Saya hanya melawan dengan kata-kata," tuturnya. Pemukulan ini, kata korban, disakasikan tiga orang guru, yakni guru Fisika, Mujini, guru Agama Siti dan guru Bahasa Indonesia, Halimah. Selain itu, dua siswa kelas 10-6, Amrullah Fiddin dan siswa kelas 10-4, Andi Irawan. "Yang sangat saya sesalkan, kenapa Kasek bertindak kasar sedangkan yang melakukan pencoretan bukan saya." Anak sulung dari empat bersaudara itu menyatakan, Kasek di sekolah mereka bertempramen tinggi. "Memang pak Kasek ada juga baiknya, tapi kalau marah, dia sering mengeluarkan kata-kata tidak pantas yang tidak etis diucapkan seorang pendidik kepada muridnya," ujar Edrin mengaku kurang nyaman sejak kejadian itu.

Pengaruh psikologis ini bertambah dirasakan korban dimana secara tiba-tiba, tanpa alasan jabatan sebagai ketua olaharaga bola basket yang disandangnya dicopot mendadak. Kata dia, pencopotan lebih berlatar belakang dendam. "Saya menduga ada guru yang mendalanginya." Orang tua korban, Afrizal Efly, 54, kepada Waspada mengatakan sangat kecewa atas tindakan Kasek kepada putranya. "Kalau anak saya bersalah seharusnya panggil saya, jangan main pukul. Sekolah kan tempat pembinaan, bukan tempat penganiayaan."

Mantan pelaut yang mengaku puluhan tahun tinggal di Amerika Serikat itu berencana melaporkan kasus yang menimpa putranya ke Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), dan ke Dinas Pendidikan, Pengajaran (P&P) Kab. Langkat serta instansi terkait lainnya. Di tempat terpisah, Kasek SMAN 1, Drs. Payung Sembiring didampingi sejumlah guru saat ditemui membantah melakukan penganiayan. "Saya hanya menyipak kakinya dan saya kira itu wajar-wajar saja karena siswa tersebut melawan dan bersikap kurang sopan," katanya, enteng.

Masalah ini, katanya, akan diupayakan diselesaikan secara kekeluargaan dalam koridor pendidikan. Pihak sekolah akan mengundang orangtua siswa, Senin (7/5) hari ini, untuk melakukan klarifikasi atas pemuatan surat pembaca penulis di harian Waspada. Para guru, lanjut Sembiring, meminta hal ini diklarifikasi sebab menyangkut citra sekolah. Menyinggung adanya rencana Afrizal melaporkan kasus ini ke Komnas PA, Sembiring megatakan siap menghadapinya. Menurut dia, hukuman yang diberikan tidak sampai membuat fisik siswa itu lecet atau memar. Dia yakin, masalah ini ada yang mempolitisir."

P-SOLAM Designed by Templateism | Blogger Templates Copyright © 2014

Theme images by richcano. Powered by Blogger.